Memoar Maaf dan Terima Kasih

 “Bu, saat ini saya hanya berdiam diri di kamar dan sesekali membuka gadgetku untuk berekreasi atau menyelesaikan hal yang ditugaskan”

Jum’at 21 Juli 2023, saat ini usiaku hampir menginjak usia 22 tahun namun sayang sekali aku tidak dapat menjadi orang yang seperti kamu harapkan, aku tidak bisa menjadi orang yang mirip seperti saudara-saudaraku atau bahkan teman-temanku. Ibu jika kau memintaku untuk mengeluarkan kata yang saat ini terlintas dalam pikirku, aku hanya dapat mengeluarkan satu kata yakni “menyesal”. Ibu tak terasa anak kecil ini sudah menginjak usia 20-an usia dimana semua orang sedang mengalami quarter life crisis dan ini pula yang membuatku lebih sering menulis dan memposting tulisanku di blogspotku. Aku tau kau akan membacanya ibu.

Ibu saya benar-benar menyesal, saya bukan lagi anak sma yang dulu selalu engkau banggakan, bukan lagi seorang pelajar cianjur yang sedang menuntut ilmu di kota orang, bukan lagi seseorang yang sedang mengejar impiannya untuk pergi ke negeri orang. Ibu kuharap kau tau bahwa ini semua sama sekali bukan salahmu, ini semua sama sekali bukan salah didikanmu, ini semua adalah hasil dari egoku. Kau tak seharusnya menyibukan diri dengan berpikir bahwa ibu lah yang salah, mana mungkin seorang bidadari seperti ibu dapat salah ketika mengambil keputusan saat 2019 lalu.

Namun ibu bolehkah saya yang hanya seorang berlumur tinta hitam ini bicara dihadapan sosok suci sepertimu? Setidaknya ijinkan saya sekali lagi meminta maaf supaya saya tidak memikul beban ini lagi, supaya engkau sang suci tetap menjadi suci dan tidak merasa bahwa kau sudah tercoreng tintanya oleh diriku ini.

Oleh karena itu ibu, biarkan aku berucap saya meminta maaf yang didasarkan dari lubuk hati ini, yang ditujukan langsung kepadamu. Saya ingin menyampaikan bahwa saya benar-benar menyesal karena tidak mendengar apa yang sudah kau ucap. Tidak hanya itu pada akhirnya saya dapat berjanji berkat pengalaman yang sudah ibu dan saya lalui pada akhirnya saya dapat berjanji untuk tidak ceroboh dalam mengambil keputusan. Terimakasih ibu, pada akhirnya saya dapat bertahan dalam hidup ini. Terimakasih, terimakasih, terimakasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengambil Inspirasi dari Kisah Marie Curie dan Pierre Curie

Anarkisme di Abad 21: Konsep, Kontroversi, dan Tantangan

MASA YANG PALING BERAT BUKAN MASA KULIAH ATAUPUN BEKERJA TAPI MASA TRANSISI