Bagaimana Rasanya Pergi Ke Psikolog Untuk Pertama Kali? Bagian 1

    
Bagaimana Rasanya Pergi Ke Psikolog Untuk Pertama Kali?
Bagian 1
Tekad

                                            

Gambar 1
Alodokter

Waktu menunjukan pukul 08.00, ponselku bersuara menerima notif chatting dari ibu ku. “cepat bersiap-siap bukannya kamu ingin psikolog?” aku terkejut melihat chatting itu karena memang aku berpikir bahwa orangtua ku tidak akan mengajakku ke tempat yang normal seperti itu, fyi. Malam sebelumnya aku memang meminta agar aku diperbolehkan ke psikolog akan tetapi orangtua ku malah mengajak ke tempat pengobatan yang sangat popular di wilayahku (ustadz). Aku terdiam sejenak sembari memikirkan jawaban apa yang akan aku berikan karena memang rasa cemas dan takut ku muncul ketika orangtua ku mengirim pesan seperti itu. Aku menyalakan rokok dan langsung ku hirup dalam-dalam kemudian dengan spontan aku membalas “ ya bentar aa siap-siap dulu”. Aku bergegas beranjak dari tempat tidurku. Mengambil handuk merah yang bergantung dibelakang pintu kamarku. Aku berjalan ke kamar mandi. Dalam perjalalnan itu neneku bertanya “mau kemana a?” aku langsung menjawab dengan nada yang datar “ke rumah sakit ne” kurasa neneku masih sama seperti dulu bahwa menganggap penyakit mental yang aku idap adalah hasil dari kurangnya rasa religious ku dia bilang “daripada ke rumah sakit mending perbanyak ngaji sama shalat” aku hanya senyum mendengar jawaban itu karena memang aku sudah menduganya. Selama mandi aku tidak dapat fokus untuk membersihkan badan aku tetap berpikir bahwa apakah aku ini normal atau memang aku ini mengidap penyakit jiwa.

Setelah mandi aku bergegas memakai pakaianku, ssrt suara yang keluar dari semprotan parfum berbotol biru itu terdengar jelas, aroma khas dunhill blue  pun keluar akhirnya aku siap untuk menantang diriku sendiri. Kunyalakan mesin motor keluaran tahun 2016 yang kumiliki itu. Aku bergegas menjemput ayahku yang memang sudah berjanji untuk mengantarku kesana. 3 menit berlalu begitu saja, aku sampai di rumah orangtuaku pada pukul 08.55. “assalamualikum” ucapku sambal mendorong pintu yang memang sudah agak sulit untuk dibuka, “waalaikumsalam bentar a, apa siap-siap dulu” setelan khas ayahku terlihat disini ia menggunakan jaket adidas khasnya, celana jeans, dan memakai sepatu slop ardiles 😊 rambut keputihannya terlihat jelas sejenak aku berpikir bahwa apakah aku harus ia mengetahui apa yang kurasa dan problematikaku saat ini? Aku berpikir bahwa memang bukan ayahku yang menjadi penyebab aku menjadi seperti ini apakah memang ia perlu bertanggung jawab. “hayu a, pake motornnya sama kamu a” entah aku sangat disuruh membawa motor  ketika aku Bersama orangtuaku akan tetapi tanpa berpikir Panjang aku menggunakan sepeda motor itu. Perjalanan yang kami tempuh kurang lebih adalah 15 menit dan aku hanya terdiam di sepeda motor ini. Aku benar-benar membisu tak bisa bertanya dan memberi jawab, tak seperti biasanya aku demikian akan tetapi kurasa aku memaang males untuk mengobrol.

         09.10 aku sampai didepan rumah sakit. Ku klik tombol karcis parkir dan kudengar suara khas yang keluar dari mesin itu “silahkan tekan tombol karcis, terimakasih” ternyata sudah lama sejak terakhir kali aku ke rumah sakit. Terakhir kali aku ke rumah sakit adalah pada bulan September 2021 sudah hampir 3 bulan aku tidak balik ke tempat terkutuk itu. Standar motor ku turunkan dan mesin motorku otomatis mati. Aku memberikan karcis parkir dan kunci itu ayahku ini adalah hal biasa yang aku lakukan. Sampai di bagian pendaftaran aku dan ayahku bingung karena aku belum mendapat kartu registrasi klinik tanpa berpikir Panjang dengan adanya relasi yang orangtuaku miliki aku menelpon salah satu kenalan mamahku “assalamualaikum a ini iden anaknya bu L.” “waalaikumssalam a disebelah mana?” aku jawab bahwa aku berada di bagian pendaftaran tanpa banyak bertanya kenalan ibuku ini langsung berangkat ke tempatku sembari menunggu ia datang, aku mengeluarkan buku bersampul merah muda dari totebag yang aku bawa buku itu berjudul I want to die but I want to eat tteokpokki buku ini aku beli 3 hari yang lalu dari online shop. Aku membuka halaman yang terakhir aku baca. Setelah beberapa halaman aku membaca buku itu tibalah aku pada halaman 77 di halaman ini aku menemukan kutipan yang menarik yaitu “anda bisa ssemakin jatuh pada orang lain karena merasa tidak mendapatkan imbalan yang setimpal dengan hal-hal baik yang telah anda lakukan pada orang itu” anjing!! Kok bisa-bisanya aku menemukan kalimat yang relatre pada saat seperti ini. Dengan membaca kalimat yang tadi tekadku untuk bercerita menjadi semakin besar. Aku membaca buku itu sampai halaman 81 tak lama setelah itu kenalanku yang tadi datang dan meminta ktpku untuk mendaftarkannya aku memberikannya. Singkat cerita aku mendapatkan kartu registrasi dan diantar ke ruang psikolog. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengambil Inspirasi dari Kisah Marie Curie dan Pierre Curie

Anarkisme di Abad 21: Konsep, Kontroversi, dan Tantangan

MASA YANG PALING BERAT BUKAN MASA KULIAH ATAUPUN BEKERJA TAPI MASA TRANSISI